Seemore of Pura Kailash Gunung Agung Besakih on Facebook. Log In. Forgot account? or. Create new account. Not now. Community See All. 8,514 people like this. 8,774 people follow this. 1,547 check-ins.
Amlapura Pura Pajinengan Gunung Tap Sai diyakini sebagai tempat suci untuk memohon kelancaran dalam pekerjaan, keselamatan dan kecerdasan. Umat Hindu di Bali, bahkan non-Hindu dari luar, banyak yang datang untuk bersembahyang dan malukat di pura yang berlokasi di Banjar Puregai, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang
Puraparahyangan agung jagatkartta gunung salak. Kali ini para kadang punya kesempatan untuk berwisata spiritual ke bogor gunung salak, dimulai kumpul di rumah mas david tanggal 22 maret malam, sekalian nginap untuk besok pagi berangkat bareng ke tempat tujuan, sambil sarasehan ringan dan makan malam bersama, antara lain mas dan mbak: Gunung
PuraPajinengan Tap Sai terletak di Lereng Gunung Agung rute Jalan Rendang menuju Tianyar di Br. Dinas Puragai, Desa Pempatan, Rendang - Karangasem. Sepanjang jalan menuju pura dengan nuansa pegunungan dengan udara yang sejuk memberi rasa tenang dan nyaman. Berdasarkan Lontar Kuntara Bhuana Bangsul disebutkan Pura Pajinengan Tap Sai terletak
Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng. Minggu 12 Juli 2016 Perjalanan ke Pura Pajinengan Gunung Tap Sai kali ini adalah yang kedua kalinya. Pura Pajinengan Gunung Tap Sai terletak di kaki gunung Tap Sai atau oleh masyarakat setempat disebut Gunung Tapis, Banjar Pura Gai Desa Pempatan Kecamatan Rendang Kabupaten kali ini terkait upacara pemlaspas pratima yang dilaksanakan tanggal 7 Juni 2016 dan puncak Karya tanggal 8 Juni 2016. Pada tanggal 7 hadir juga Gubernur Bali I Made Mangku Pastika beserta rombongan SKPD Pemerintah Provinsi Bali. Persembahyangan kali ini lebih lengkap karena sudah ada denah urutan persembahyangan. Pada Pelinggih Ratu Gede Mekele Lingsir, dulu pada waktu kedatangan kami pertama, batu tersebut belum ada tulisannya, sekarang sudah seperti prasasti lengkap dengan aksara sucinya. Menurut penuturan Jro Mangku Pura Tap Sai, Mangku Kariasa, pura tersebut belum diketahuinya secara persis kapan kemunculannya. Sebab, diketahuinya pura tersebut sudah lama berdiri sejak kakek buyutnya ada. Namun, dari beberapa sumber, utamanya dari Lontar Kuntara Bhuana Bangsul, dipaparkan Pura Tap Sai adalah pura yang terletak di kawasan lereng Gunung Toh Langkir atau Gunung Agung, tepatnya di puncak bukit Jineng. Dalam lontar tersebut disebutkan bahwa ada 3 dewi yang berstana di dalam Pura Tap Sai, yaitu Ida Dewi Saraswati, Ida Dewi Sri dan Ida Dewi Laksmi. Ketiganya disebut dengan Bhatara Rambut Sedana atau Tri Upa Sedana atau tiga dewi pemberi kesuburan dan penganugerahan. Dalam manifestasinya, Bhatara Rambut Sedana menjelma menjadi Dewi Laksmi yaitu dewa dari sawah dan tegalan. Sementara dalam wujud dewi sandang, papan dan makanan, Bhatara Rambut Sedana bermanifestasi sebagai Dewi Sri.
Showing 1–23 of 53 results
Pura Pajinengan Tap Sai terletak di Lereng Gunung Agung rute Jalan Rendang menuju Tianyar di Br. Dinas Puragai, Desa Pempatan, Rendang – Karangasem. Sepanjang jalan menuju pura dengan nuansa pegunungan dengan udara yang sejuk memberi rasa tenang dan nyaman. Berdasarkan Lontar Kuntara Bhuana Bangsul disebutkan Pura Pajinengan Tap Sai terletak dikawasan lereng Gunung Tohlangkir atau Gunung Agung, tepatnya di Puncak Bukit Tap Sai merupakan pura yang dinamai dari kebiasaan bhakta umat yang tangkil datang ke pura untuk meminta keselamatan dan penganugerahan. Tap Sai berasal dari kata matapa saisai bertapa atau semedi setiap hari meminta Tap Sai di-empon oleh krama dari Banjar Adat Puragai Rendang. Oleh karena pura ini adalah linggih atau stana Tri Upa Sedana, maka pura ini memiliki 3 hari besar upacara piodalan. Pada Rahina Buda Cemeng Klawu, piodalan Ida Bhatara Rambut Sedhana piodalan utama. Pada Sukra Umanis Klawu, piodalan Ida Bhatara Sri, dan Saniscara Umanis Watugunung piodalan Ida Bhatara Saraswati. Namun, pura ini dinyatakan selalu saja dikunjungi bhakta untuk sembahyang tatkala hari Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon dan hari tertentu penuturan Jro Mangku Pura Tap Sai, Mangku Kariasa, pura tersebut belum diketahuinya secara persis kapan kemunculannya. Sebab, diketahuinya pura tersebut sudah lama berdiri sejak kakek buyutnya ada. Namun, dari beberapa sumber, utamanya dari Lontar Kuntara Bhuana Bangsul, dipaparkan Pura Tap Sai adalah pura yang terletak di kawasan lereng Gunung Toh Langkir atau Gunung Agung, tepatnya di puncak bukit lontar tersebut disebutkan bahwa ada 3 dewi yang berstana di dalam Pura Tap Sai, yaitu Ida Dewi Saraswati, Ida Dewi Sri dan Ida Dewi Laksmi. Ketiganya disebut dengan Bhatara Rambut Sedana atau Tri Upa Sedana atau tiga dewi pemberi kesuburan dan penganugerahan. Dalam manifestasinya, Bhatara Rambut Sedana menjelma menjadi Dewi Laksmi yaitu dewa dari sawah dan tegalan. Sementara dalam wujud dewi sandang, papan dan makanan, Bhatara Rambut Sedana bermanifestasi sebagai Dewi adalah urutan persembahyangan di Pura Tap Sai1. Dimulai dari Nista Mandala Jaba Sisi pelinggih paling bawah yaitu palinggih Ratu Penyarikan Pengadang-adang, kemudian berlanjut ke palinggih Ratu Gede Mekele Lingsir, palinggih ini berupa sebuah batu besar dengan tulisan aksara huruf Bali kuno yang di belakangnya terdapat sebuah pohon besar yang disakralkan, Pelinggih batu tersebut diibaratkan “protokoler” dari Ida Ratu Gede Mekele Lingsir yang mengkomandoi rerencang Ida Bhatara selaku “satpam” dari Gunung Puncak Mundi. Dilanjutkan lagi ke palinggih berikutnya yaitu palinggih Widyadara-widyadari. Berlanjut ke palinggih Pengayengan Ratu Dalem Ped, persembahyangan berlanjut lagi ke Pura Beji dan melukat dengan tirta yang dikenal dengan Tirta Bang. Di kawasan Pura Pajinengan Gunung Tap Sai ada tiga buah sumber tirta yaitu Tirta Bang, Tirta Putih dan Tirta Selem, Tirta Bang bisa ditemukan di pura Beji, sedangkan jika anda ingin nunas Tirta Putih, karena belum dialirkan ke bawah sehingga anda harus mendaki, tetapi Tirta Selem bisa ditemukan di utama mandala pura. 2. Setelah rangkaian persembahyangan dan melukat di beji, barulah anda sampai di Memasuki kawasan madya mandala, terdapat sebuah palinggih Ganesha yang berstana Ida Bhatara Sanghyang Ganapati Ganesha selaku perwujudan Ida Bhatara Rambut Sedana yang memberikan perlindungan dan pemusnah rintangan bagi umat manusia. Letak bangunan tersebut agak menyamping di sebelah kiri pura dengan di belakangnya juga terdapat pohon besar yang disakralkan. Serta beberapa buah bale Setelah Madya Mandala Jaba Tengah , barulah memasuki areal utama mandala, Sedangkan kawasan utama mandala, merupakan inti dari bangunan palinggih Ida Bhatara Tri Upa Sedana atau tiga dewi pemberi kesuburan dan penganugerahan. Di kompleks tersebutlah keberadaan pelinggih Lingga Yoni Ida Bhatara, tempat memohon keselamatan dan penganugerahan. Para pemedek yang tangkil biasanya menghaturkan 11 batang dupa di tempat tersebut, sembari memohon hal yang mereka inginkan. Menariknya, di belakang kompleks utamaning mandala berdiri sebuah pohon beringin yang sangat besar dan begitu disakralkan. Di sana dulu terdapat arca Lingga Yoni yang kini terlilit dan menjadi satu ke dalam pohon beringin tersebut. “Dulu Lingga Yoni itu sempat dibawa pulang oleh masyarakat, tapi sesampainya di rumah menghilang. Esoknya sudah kita dapati kembali lagi di pura. Dari sanalah di-linggih-kan di depan pohon, dan kini dililit sehingga tidak kelihatan,” papar Mangku Kariasa. dan selanjutnya dilanjutkan persembahyangan di pelinggih Ratu Hyang persembahyangan di Pura Pajinengan Gunung Tap Sai, harus melewati urutan tersebut di atas, tidak boleh langsung masuk ke areal utama atau kawasan utama mandala, sarana persembahyangan banten tidak diperkenankan menggunakan sarana daging babi. Umat yang bersembahyang pemedek harus mengikuti aturan persembahyangan agar tidak terjadi hal-hal
Pura ini terletak dekat dengan pura Besakih. Sebelum Pura Dalem Puri, belok kiri ikutin jalan sampai bertemu pertigaan belok kanan. Pura ini sangat mudah ditemukan karena banyaknya tanda untuk menuju kesana dan masyarakat sekitar banyak yang tahu lokasi Pura ini, jadi saran saya daripada mencari menggunakan Map, lebih baik dan cepat untuk bertanya langsung karena jalan bagus. AURA ketenangan Pura Tap Sai begitu terasa, sehingga sudah selayaknya para umat sering ke pura tersebut untuk bertapa. Selain itu, para bhakta percaya bahwa dengan memohon anugerah di pelinggih Lingga Yoni pura, segala permasalahan terkait kesehatan, rezeki, jodoh dan sebagainya mendapat pencerahan, sehingga menemukan jalan keluar yang tepat. Hal tersebut tentu dikembalikan lagi kepada kepercayaan umat dalam memohon ke hadapanNya, sedangkan para pemangku pura hanya memfasilitasi dengan memanjatkan doa-doa suci ke hadapan Beliau. “Yang banyak datang untuk memohon tamba malah para bhakta, tiang tidak tahu akan itu. Yang tiang tahu cuma memohon doa keselamatan. Mungkin Beliaulah yang memberikan para bhakta ini petunjuk niskala tentang hal tersebut,” ujar pemangku Pura Tap Sai, Mangku Kariasa. Pura Tap Sai di-empon oleh 200 orang krama dari Dusun Pura Gae Rendang. Oleh karena pura ini adalah linggih atau stana Tri Upa Sedana, maka pura ini memiliki 3 hari besar upacara piodalan. Pada Rahina Buda Cemeng Klawu, piodalan Ida Bhatara Rambut Sedhana piodalan utama. Pada Sukra Umanis Klawu, piodalan Ida Bhatara Sri, dan Saniscara Umanis Watugunung piodalan Ida Bhatara Saraswati. Namun, pura ini dinyatakan selalu saja dikunjungi bhakta untuk sembahyang tatkala hari Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon dan hari tertentu lainnya. Pura Tap Sai ini terdiri atas 3 konsep mandala seperti keberadaan pura lainnya. Pada nistaning mandala terdapat sebuah palinggih batu besar yang bertuliskan huruf sastra Bali kuno, serta sebuah pelinggih yang di belakangnya terdapat sebuah pohon besar yang disakralkan. Pelinggih batu tersebut diibaratkan “protokoler” dari Ida Ratu Mekele Gede Lingsir yang mengkomandoi rerencang Ida Bhatara selaku “satpam” dari Gunung Puncak Mundi. Sedangkan sebuah pelinggih yang berdampingan di sana adalah pengayatan dari Ida Ratu Dalem Ped Nusa Penida, yaitu Ratu Niang Mungkur yang merupakan rajanya dari para jin. Memasuki kawasan madya mandala, terdapat sebuah palinggih Ganesha yang berstana Ida Bhatara Sanghyang Ganapati Ganesha selaku perwujudan Ida Bhatara Rambut Sedana yang memberikan perlindungan dan pemusnah rintangan bagi umat manusia. Letak bangunan tersebut agak menyamping di sebelah kiri pura dengan di belakangnya juga terdapat pohon besar yang disakralkan. Serta beberapa buah bale pesanekan. Sedangkan kawasan utama mandala, merupakan inti dari bangunan palinggih Ida Bhatara Tri Upa Sedana. Di kompleks tersebutlah keberadaan pelinggih Lingga Yoni Ida Bhatara, tempat memohon keselamatan dan penganugerahan. Para pemedek yang tangkil biasanya menghaturkan 11 batang dupa di tempat tersebut, sembari memohon hal yang mereka inginkan. Menariknya, di belakang kompleks utamaning mandala berdiri sebuah pohon beringin yang sangat besar dan begitu disakralkan. Di sana dulu terdapat arca Lingga Yoni yang kini terlilit dan menjadi satu ke dalam pohon beringin tersebut. “Dulu Lingga Yoni itu sempat dibawa pulang oleh masyarakat, tapi sesampainya di rumah menghilang. Esoknya sudah kita dapati kembali lagi di pura. Dari sanalah di-linggih-kan di depan pohon, dan kini dililit sehingga tidak kelihatan,” papar Mangku Kariasa. Di luar kompleks pura namun menyatu dengan keberadaan pura, terdapat sebuah palinggih yang merupakan beji dari Ida Bhatara. Pelinggih tersebut mensiasati kendala tempat melasti Ida Bhatara yang berada di lereng bukit. Sehingga, air yang mengalir ke pelinggih beji tersebut berasal dari 3 titik tirta yang berada di atas bukit puncak mundi, yaitu Tirta Batu Putih, Tirta Batu Selem dan Tirta Batu Tengah. Pura Tap Sai relatif masih minim didengar oleh kalangan umat Hindu di Bali. Dari nama pura, seolah pura ini seperti kental dengan nuansa “Cina”-nya. Ternyata, pemahaman tersebut sirna saat kita mengetahui asal-usul nama pura tersebut. Pura Tap Sai merupakan pura yang dinamai dari kebiasaan bhakta umat yang tangkil datang ke pura untuk meminta keselamatan dan penganugerahan. Tap Sai berasal dari kata matapa saisai bertapa atau semedi setiap hari meminta amertha. Menurut penuturan Jro Mangku Pura Tap Sai, Mangku Kariasa, pura tersebut belum diketahuinya secara persis kapan kemunculannya. Sebab, diketahuinya pura tersebut sudah lama berdiri sejak kakek buyutnya ada. Namun, dari beberapa sumber, utamanya dari Lontar Kuntara Bhuana Bangsul, dipaparkan Pura Tap Sai adalah pura yang terletak di kawasan lereng Gunung Toh Langkir atau Gunung Agung, tepatnya di puncak bukit Jineng. Dalam lontar tersebut disebutkan bahwa ada 3 dewi yang berstana di dalam Pura Tap Sai, yaitu Ida Dewi Saraswati, Ida Dewi Sri dan Ida Dewi Laksmi. Ketiganya disebut dengan Bhatara Rambut Sedana atau Tri Upa Sedana atau tiga dewi pemberi kesuburan dan penganugerahan. Dalam manifestasinya, Bhatara Rambut Sedana menjelma menjadi Dewi Laksmi yaitu dewa dari sawah dan tegalan. Sementara dalam wujud dewi sandang, papan dan makanan, Bhatara Rambut Sedana bermanifestasi sebagai Dewi Sri. Repost dari sumber Ista Dewata Pura Pejenengan Tap Sai Post Views 2,630
pura tap sai gunung agung